Tuesday 12 January 2016

A bittersweet science

[EDISI REVISI]

Sebagai murid yang mengambil jurusan ipa, dan secara murni menyukai sains itu sendiri, gue merasa sayang bahwa kurikulum tidak menyajikan materi sejarah tenang sains.
Padahal, dengan memahami kondisi dan kontribusi sains dalam sejarah bakal membantu kita nemuin makna di balik 'keabstrakan' ilmu sains yang katanya sih ga guna di dunia kerja.
Kenapa pemikiran kita mentok hanya pada dunia kerja?Why is it all about money at the end?
ilmu itu kan luas banget dan bukan cuma guna di dunia kerja tapi bahkan bisa aja mengubah dunia ini.

Contoh mainstream nih.
revolusi industri.
Kalau ditilik kembali, kita bisa menemukan James watt dan ribuan penemu dengan teknologinya yang tercipta akibat sains sehingga memungkinkan suatu perubahan era paada masyarakat Eropa. Anggaplah ga ada namanya sains, apakah mungkin suatu revolusi industri itu terjadi?

Mungkin saja negara Eropa tertinggal dibanding kita jika hanya mengandalkan hasil agrikultur. Apakah sains itu tidak penting?
Apakah sains itu tidak menarik

Ada suatu hal dalam diri manusia yang menggerakan sains itu sendiri, yaitu kekepoan terhadap alam semesta ini. Namun tampaknya di jaman modern ini kekepoan itu semakin memudar. Apalagi pas jaman SMA, bukannya kepo kenapa langit biru(otherwise we simply accept is as a fact that has no reason or explaination), kita malah lebih kepo soal cowo terbaru yang dipacari tuh cewe genit. Apakah perkembangan manusia akan stuck sampai di sini karena ada 'urusan' lain yang lebih enak untuk dicari tahu daripada alam ini sendiri(contoh: hidup orang lain)?

Balik ke soal sejarah sains.
Sering kita dengar nama-nama orang yang kekal karena kontribusinya di sains. Otomatis-otak kita yang pemikirannya masih terkekang banget menyimpulkan sebatas
'gile tuh orang pinter banget ya.' 
yap. biasanya cuma itu.
Yang membuat saya sedih dari kesimpulan tersebut adalah kadang kita melupakan bahwa ilmuwan itu juga manusia, bukan sebuah mesin penemuan semata.

Ada beberapa kisah scientist yang begitu menyentuh gue secara pribadi. Jujur aja orang-orang yang hidup dalam passion dan prinsipnya adalah orang yang mengagumkan dari persepsi gue. Untuk itu gue bakal coba cerita 2 orang yang kisahnya antara heroik dan juga tragis, padahal kontribusi mereka begitu besar bagi dunia yang kita tinggali saat ini.

1. Clair Cameron Patterson


Gue pertama kali kenal nih orang gara-gara nonton cosmos pas di pelatnas. Gue ampe terharu dan berkaca-kaca melihat perjuangan doi :')

but what did he do? here it is...

Patterson adalah seorang ahli di bidang spektroskopi. Apa itu spektroskopi? Intinya kegiatan spektroskopi berkaitan dengan menganalisis kandungan sampel, baik itu isotop maupun molekul yang strukturnya tidak diketahui.

Jadi suatu saat doi ditawari untuk melakukan riset untuk menghitung umur bumi dengan mengecek jumlah isotop timbal dari sebuah meteorit yang jatuh di bumi. Tentu doi menerima tawaran ini.
Nah kisah mulai seru di sini.

Analisis spektroskopi tentunya bukan hal yang sulit dilakukan untuk Patterson. Tapi anehnya ketika doi berusaha untuk menentukan persentase isotop dari timbal, data spektroskopi yang keluar berubah-ubah a.k.a berfluktuasi.
Kalau lo mengerti tentang spektroskopi, jelas ini aneh kan. Kok datanya bisa berubah secara drastis dalam hitungan hari bahkan menit. Dia sudah mencoba berulang kali untuk mendapatkan data yang akurat. Dia bahkan membersihkan labnya berkali-kali untuk menghilangkan pengotor.

Tampaknya usaha 'ngepel lab' itu ga cukup untuk menghasilkan data yang akurat tentang persentase isotop timbal di meteorit tersebut. lantas doi makin susah dong tahu berapa usia bumi.
Dari kejadian-kejadian itu dia menduga kalau terjadi pencemaran timbal dalam skala besar dan dia pun penasaran:

 nih timbal kok banyak banget? Apa dari dulu emang udah banyak timbal 'bertebaran' di bumi?

This leads him to examine the deep sea, the arctic and all the geological aspects which are suspected to cause this massive contamination. Dari penjelajahannya dia, ternyata didapatkan hasil bahwa jumlah pencemaran timbal di bumi dulu tidak sebesar pencemaran yang terjadi sekarang.

Loh terus dari mana tuh timbal?


Nah lo mungkin pernah baca tentang penggunaan TEL(tetra ethyl lead) sebagai aditif bensin yang meningkatkan knocking dari bensin tersebut kan? Pada masa pasca revolusi industri awal, penggunaan TEL ini digunakan secara luas oleh hampir seluruh kendaraan bermotor sehingga ga mengherankan kalau si timbal bisa ada di mana-mana. Padahal timbal itu kan toksik dan exposure berlebihan akan mengganggu fungsi saraf dari manusia.
Mulai dari sinilah Patterson akhirnya...

1. berhasil menemukan usia bumi yang sebenarnya(4.54 ± 0.05 billion years (4.54 × 109 years ± 1%)) dengan mendirikan lab ultra bersih bebas pencemaran timbal.

2. Menyelamatkan nyawa manusia dengan kampanye melawan penggunaan timbal sebagai aditif bensin.

Di kosmos, penggambaran perjuangan seorang Patterson tampak sangat dramatis dan memukau. Patterson, selain seorang ahli spektroskopi dan geokimiawan, doi juga seorang ilmuwan yang peduli lingkungan. Bayangkan kalau Patterson tidak berusaha menghitung umur bumi, atau doi orang yang mudah lelah, atau doi orang yang ga peduli lingkungan? Mungkin sekarang kasus autisme makin meningkat kali ya dan otak kita yang bego makin sengklek karena keracunan timbal.
Standing ovation for this guy

2. Fritz Haber


Beberapa waktu lalu gue membaca blog kak pras yang keren banget. Salah satu artikel yang menarik gue adalah tentang seorang bernama Fritz Haber, yang kisahnya ini sedih banget menurut gue.
Bagi yang belum tahu, Fritz Haber ini terkenal karena proses Haber Bosch-nya yang memanfaatkan teori kesetimbangan untuk produksi amonia skala industri serta siklus Born-Haber yang keluar di soal OSP tahun 2014 sehingga gue ga lolos saat itu ;)

I've never expected chemistry got many amazing man with multilayer emotion.
Gue emang selalu berpikir kalau atom itu suka bertindak analogous ama manusia, tapi ternyata para ilmuwan di baliknya juga punya kisah yang bikin baper abis.
Untuk detilnya, kalian bisa baca tulisan kak Pras disini


Fritz Haber ini orangnya cemerlang dan tertarik dari science. (EAT THAT ALL CHERRYPICKING MOTIVATIONAL BULLSHIT: ORG PINTER BUKAN CUMA ORANG YANG DI-D-O)
Sayangnya dia lahir dari keluarga Yahudi dan bergaul ama orang Jerman. Lo taulah jaman perang dunia betapa ras Yahudi di diskriminasi saat itu. Fritz Haber ini meski Yahudi, tipe tipe yang nasionalis kayak Ahok.

Sedihnya, saat itu dia ga punya kekuatan untuk menunjukkan patriotismenya selain dengan membiarkan dirinya dimanfaatin sama militer Jerman. Dia ini orang yang bikin Jerman bisa bertahan dengan produksi pupuk menggunakan teknik Haber Bosch ketika suplai nitrat diblokir. Dia ini orang yang memperkenalkan senjata kimia pertama di PD I yaitu gas klorin. Dan dia ini adalah seorang yang ditinggal oleh semua orang yang dicintainya karena kecintaanya pada sains dan negaranya.
Bahkan doi dicap sebagai penjahat perang akibat 'mau-maunya' dia bikin senjata  kimia untuk militer Jerman.
Hal tersedih adalah ketika gas beracun doi Zyklon B justru digunain untuk membunuh kerabat-kerabatnya di kamp konsentrasi Nazi. Untuk baper max, buka link yang gue cantumin tadi.

One man's story is million man's story . 
Kisah mereka itu sekian dari banyak perjuangan orang lain yang bikin sains dan kehidupan kita 'senyaman' sekarang. Alasan gue mambagikan kisah mereka adalah karena...gue ingin menunjukkan.. science dan alam bukan ilmu kaku, yang dibuat oleh robot atau jatuh dari langit. Sains itu hasil pemikiran akumulatif jutaan manusia yang kembali jadi debu dalam pencariannya di luasnya alam semesta ini.
Rasanya ga adil kalau sains dilihat cuma dari sebatas kertas. Sains itu... ada pada birunya langit planet ini. 
WHAT A BEAUTIFUL HEAVENLY BLUE WORLD;)


No comments:

Post a Comment