Selama liburan, gue sayangnya tidak berkesempatan untuk mengikuti internship satupun. Hal ini dilatar belakangi dua hal: gue males nyari dan gue gagal seleksi terus.
Intinya progress karir gue di teknik kimia masih nol.
Sebenarnya, gue bersyukur karena gue ada proyek selama liburan. Namun, proyek gue tidak menghasilkan pendapatan. Oleh sebab itu, gue berusaha pick up lagi kegiatan menulis gue yang angin-anginan di UCNews.
Semenjak gue bergabung setahun lalu, gue belum pernah serius banget kerja nulis di sini. Sampe, pada awal Juli, admin dari UCNews nawarin gue masuk grup WA Top sains, meski gue sendiri cuma kadang-kadang nulis sains.
Waktu itu, gue cuma suka nulis ulang berita politik plus sejarah. Meski demikian, dalam kepercayaan gue bergabung ke genre sains ini merupakan jalan yang diluruskan oleh Tuhan. Like you know, kalau lu nulis politik itu sering banget sensitif dan bikin diri lu sendiri gregetan. Selama ini, gue ragu untuk nulis sains karena peminatnya sedikit. Dan ya emang bener, pure science di mana kita bertanya "kok bisa gitu" dan dijawab secara rumit pake mikir masih kurang diterima dan disukai audiens Indonesia.
Di sini, gue malah belajar aplikasi dari ilmu kecakapan komunikasi gue yang nyaris ga A di semester satu.
Secara pribadi, gue memang lagi butuh bantuan finansial. Bisa dibilang shocking kalau lu tau detilnya. Jadi gue pikir pada bulan Juli itu, dari pada gue gabut, boleh juga ikut grup WA Top Sains UC. Meski demikian, berusaha ramah dan jb-jb di grup ga berhasil. Gue merasa di-ignore ya dengan sesama kontributor. Tapi melihat dari growth pembaca sains dari akun mereka, gue mengilhami bahwa sains ga sesedikit itu yang baca- selama lu tahu gimana caranya bangun narasi. (Oke tips and trick gue bahas nanti)
Pihak UC sendiri menawarkan gue untuk melakukan proyek pertama gue. Awalnya saat nulis angin-anginan, pendapatan gue itu cuma 0,01 USD. Gue merasa sayang karena ada uangnya tapi sedikit growth nya LAMA BANGET.
Jadi pihak UC mau bantuin gue buat "judul" dan "sampul". Di proyek pertama gue, gagal maning-gagal maning!!! Sebenarnya sih ada beberapa alasan, satu tema gue waktu itu tentang kisah penemu yang mungkin rakyat Indonesia most likely don't give a shit.
Akhirnya gue diberi kesempatan kedua dengan tema evolusi, lalu tema sains riset. Intinya di kedua tema itu, pertumbuhannya cukup cepat dan gue mulai pick up teori kecakapan komunikasi lagi.
Kesuksesan gue sih ga ada apa-apanya, tapi intinya menghasilkan gue pendapatan. Tentu dengan tema yang sulit, mencari pembaca lebih SUSAH dari tema seperti hiburan. Bahkan, dalam tema sains ini gue sempet jadi
-Top kontributor rank 1 meski follower gue waktu itu cuma 700-an. Paling kecillah di situ. Dibanding dengan akun yang handle banyak proyek. Gak capek apa ya tuh orang kok rasaan gue sangat produktif?
-Top kontributor lagi tapi rank 5
-4 artikel gue viral-lah, dan 1 sangat viral cuma karena my ridiculous lazy ass, ngedit gambar tangan kebakar yang ga boleh gore karena aturan UC itu super ketat dengan mewarnainya pake motif pohon. Okay, tapi siapa sangka itu membawa follower gue naik drastis.
Hal yang paling buat gue seneng adalah, ada yang baca akun gue dan bilang kalau tulisan gue keren.(Meski like usual, semua pekerjaan yang gue lakukan dibarengi gue ngantuk dan ogah meriksa lagi)
Sebenarnya gue jarang revealing myself di grup karena masalah gue diignore tadi. Terus gue cuma baca doank yang doyan ngomong di grup WA. Nah jadi intinya mereka gatau gue ngurus akun mana dan akun SILVERTONGUE siapa punya. Gue pun males untuk bikin dramatic comeback kek begitu jadi ya gue scroll terus. But listening to such comment buat gue seneng.
Jadi sebenarnya ya sejauh ini masih lancar jaya kecuali tuntutan dari UC buat nulis KEBANYAKAN dan cuma bisa kalau mungkin gue stay at home type. Tapi, kek lo tau gue mahasiswa and yeah, gue ngedahului akademik gue. Meski gue merasa jeblok dan tolol, dan gatau kenapa mata gue masih gila aja, gue merasa bertanggung jawab untuk membawa pendapatan ke keluarga gue.
So, jadi yang mau jadi kontributor UC mungkin sedikit tips and trick dari pengalaman gue sendiri. Ga WOW banget sih hingga gue bisa bikin kesaksian kayak : gue berhasil beli motor, mobil, rumah dengan cuma nulis. Tapi mungkin lumayan buat ngisi waktu kalian.
Saran pertama,
Pahami karakter audiens. INI PENTING BANGET, TOLONG YG PERNAH CAPKOM DIINGET YA... Audiens di UCNews itu tipikal orang Indonesia. Mereka suka lihat gambar dan suka sesuatu yang sederhana. Jadi saat lu cari topik dan buat narasi, MAKE IT SIMPLE tapi tetep eye catching dengan gambar atau apapun. Jangan coba-coba bikin argumen di mana lu kasih mereka lecture philosophy atau apapun yang buat mereka mikir keras. Karakter orang baca UCnews lebih ke hiburan dan ngisi waktu kosong. Jadi sesuatu yang bisa dicemil saat naik angkot.
Saran kedua,
SAMPUL PENTING. Jangan ikuti quote yang bilang don't judge a book by its cover. SALAH. Untuk buat suatu klik lo harus mahamin seni nulis clickbait tapi jangan beda banget antara isi dan judul. Untuk melatih ini, gue suka nonton youtube dari akun mirip on the spot seperti calon sarjana and such. Apalagi begini, ngomongin sains itu kadang ngomongin hal yang gak diketahui awam. Gak bisa pake gambar cewe cantik terkenal seperti Ariel Tatum and such kecuali lu nemuin celah buat ngomongin hal saintifik soal Ariel Tatum.
Dalam memilih sampul, ada dua yaitu judul dan gambar. Untuk pembaca sains, gue rasa gambar itu pengaruhnya signifikan. Misal ada hal yang gak diketahui awam dari judul (but still make it simpler and well understood), dengan gambar lu bisa kasih ilustrasi.
Hal lain yang perlu diingat, lu butuh klik. Jadi gambar yang lu buat harus ada ceritanya. Meski demikian, not giving much of story sehingga mereka harus klik. PUJI TUHAN, gue punya bekal ilmu komik untuk buat sampul gambarnya. Jadi kalau kata dosen gue, bikin komik bercerita itu adalah di antara gap panel. Buat orang menerka apa isinya.
Saran ketiga,
Patuhi aturan UC yang ketat. Jangan pake gambar vulgar atau gore, jangan hoax, bahkan jangan masukin narasi yang dibenci populasi Indonesia(read bukti melawan kebenaran agama yang dianut, terutama Islam). Intinya lebih baik hindari konflik. Kalau gasuka, lebih baik hapus komen dari komentator dan pastikan jangan ngajak ribut pembaca di kolom komentar. Lu ga harus nyemplung ke kubangan itu, karena buktinya pembaca itu luar biasa kreatif dalam berkomentar. Kadang lu ga nyinggung apapun, bak ikan lele mereka beradu sendiri.
Saran keempat,
gimana cara milih topik untuk dibicarain di sains? Genre yang sulit. Bagi gue pertama pilih topik yang menarik artinya jangan sok-sokan bikin drama global warming and such. Beri mereka informasi yang tepat tapi simpel dan menarik. Misal kayak makhluk aneh yang belum mereka lihat atau benda paling aneh di dunia. Triknya adalah lu bisa aja ngambil isi dari cuma satu konten sains di sciencealert, tapi tampilkan dari perspektif yang menarik.
Bagi gue sendiri, gue punya spesialisasi sains terutama di MAKHLUK, biasanya hewan. Ada penulis lain yang gemar nulis soal Mesir, peninggalan agama dan UFO yang menurut gue sih utter nonsense. Tapi terserah, namanya teori konspirasi, masih digemari di Indonesia. Bagi gue pribadi, gue lebih suka mengulas soft science. Artinya sains dasar kek ensiklopedia. Pastikan sisi yang lu bawa unik sehingga mereka baru pertama nemu di Ucnews. Cerita seperti alien emang laku tapi MAINSTREAM. Ketika lu berantem, lu lawan kek korporasi besar yang udah banyak jual hal tersebut.
Pastikan dari tulisan lu itu ada info bau yang buat lu worth it di follow. Sejujurnya my main source sendiri kek dailymail sama sciencealert aja. Itu biasanya web jarang diakses orang Indonesia. Lu artiin dan buat judulnya ga sekaku kompas. Ingat we're here not to delivering truth but to entertain them. Hal lain yang menurut gue oke sih, lu ga usah buat TESIS PANJANG-PANJANG. Minimal 100 kata maks 200 kalau bagi gue. Ini artikel bukan CURHATAN yang lu baca karena butuh inspirasi dan saran.
Meski demikian, kalau bagi gue tetep stick sih sama kebenaran. Karena ilmuwan gitu, salah boleh bohong jangan. Tinggal dipoles aja supaya bisa dimakan audiens. Intinya misal isi dari kisah sains itu batu pun, lu lapisin gula biar bisa dicerna.
Saran terakhir,
Harus kuat dan jangan mudah nyerah. Kalau ada libur panjang, bolehlah melatih semua hal ini meski pendapatan mulai dari recehan. Hal yang paling sulit memang melanjutkan dan menjaga kualitas serta mood sendiri.
Semoga berhasil ya!
Showing posts with label lifestory. Show all posts
Showing posts with label lifestory. Show all posts
Wednesday, 22 August 2018
Monday, 4 January 2016
Anti stress, Anti remed, Anti nyontek
Sebuah
perenungan tentang esensi ‘sekolah’ itu sendiri.
Semenjak
gue kelas 12, semakin banyak hal-hal yang gue renungi kembali dari perjalanan
gue bersekolah selama.. umm.. hampir 15 tahun. Dari anak kecil polos yang
semangat banget belajar nulis hingga jadi remaja yang kalo udah disuruh bangun
untuk sekolah bilang ‘5 menit lagi’.
Hal
yang paling mengherankan dari perjalanan bersekolah gue ini adalah perubahan
persepsi tentang sekolah itu sendiri.
“SCHOOL IS NOT ABOUT LEARNING ANYMORE, ITS ABOUT SURVIVING”
Menurut gue quotes ini dianggap
relatable banget ama kondisi pendidikan Indonesia menurut para pelajar. Dan hal yang lebih shocking, but seems normal adalah
KEHIDUPAN SEKOLAH MUDAH BANGET DIASOSIASIIN AMA STRESS, REMED DAN NYONTEK
But
why?
Nih beberapa
link survey yang ngebahasa persepsi murid tentang pendidikan kita:
Oke. Mulai dari sini gue
akan cerita pengalaman gue sendiri dari anak yang bomat ama sekolah, sampai
super ambisius sama nilai, dan akhirnya disadarkan oleh proses proses yang ga singkat.
Jaman SD, gue seorang anak
yang ga pernah belajar pas ulangan, merasa ga butuh les untuk UN dan ga peduli
ama golden chance di depan gue. Intinya I sway with it, nikmati aja semuanya. Tapi, semua berubah ketika gue kelas 6,
unexpectedly gue mendapat rank 4 nem UN se-Jakarta Timur, dan tiba-tiba gue
dibebani ekspektasi yang tinggi dari orang-orang di sekitar gue, kalo gue bisa do more than this.
Pas SMP, gue masuk m*rsud
yang di Cawang.
Nah, di SMP ini ternyata
definisi belajar bagi gue semakin kabur. Gajelas. Hidup gue didedikasiin buat
nilai selama SMP. Apalagi embel-embel juara umum dapet beasiswa bikin gue ambisi
abis untuk mendapat nilai tertinggi.
Apakah gue berhasil? GAK.
Apalagi karena beberapa poin ini:
1) I actually dislike memorizing whole book
2)Gue emang gapunya fondasi
dan pandangan yang jelas tentang belajar itu apa selain cari nilai
Walau gitu ya gue tetep dapet
beasiswanya hehe... dan cara yang gue gunakan untuk itu adalah : afalin tipe
soal tanpa memahaminya.
Jujur aja sistem beasiswa
ini malah bikin gue tertekan abis-abisan. Gue jadi merasa ga cukup pintar tiap
kali gue gagal jadi juara 1(Padahal kan ya pinter kagak bukan dari nilai). Dan impact
terbesar bagi gue adalah
gue gagal menikmati masa SMP gue.
Ditambah ansosnya gue jaman itu.
Akhirnya 3 tahun kemudian,
gue masuk SMA tanpa dasar ilmu yang kuat. Yang mengejutkan, kelas gue dulu yang
katanya anak jalur prestasi semua, agak syok juga ama materi SMA di mana :lo ga
ngerti, then you’re doomed dude.
Imbas paling parah adalah di
nilai mat gue. Gabisa diitung berapa kali gue remed mat. Sampai seorang
penyelamat datang*JENGJENGJENGJENG* . tapi gue cerita soal ini nanti aja ya.
Intinya lo gapunya basis, lo
gapunya konsep, terus buat apa lo belajar, ngafal banyak-banyak dulu kalo gada
hasilnya? Untungnya sih saat itu gue dipertemukan dengan kimia, di mana kimia itu satu-satunya pelajaran yang gue pahami
konsepnya pake banget banget.
*THANKS FOR THE AMAZING
BOOK, PAK MICHAEL PURBA*
Intinya sejak itu gue tahu
yang terpenting itu LO NGERTI KONSEPNYA APA. Jadi mau di twist kayak apa, ga
ngaruh. Ga ada pemikiran : LOH INI KAN BELOM PERNAH DIAJARIN RUMUSNYA AMA GURU
GUE? Atau pemikiran model lain yang nyalahin guru ga transfer semua ilmu..
eits... semua jenis soal ke muridnya.
Dari situ gue perlahan
disadarkan:
APA KITA BELAJAR DI SEKOLAH CUMA UNTUK NGERJAIN SOAL?
We’re
definitely very desperate of being choked. Then here my story begin: GUE HARUS
UBAH MINDSET GUE TENTANG BELAJAR.
_________________________________________________________________________________
Kenapa gue kasih garis? Untuk
mebatasi suatu topik khusus yang mengubah pemikiran gue seluruhnya.
Yaitu tentang nyontek.
Bagi gue yang dulu nyontek
itu ga haram asal ga ketauan. Oke, bukan berarti gue nyontek terus tiap
ulangan. Nope.
Nyontek pas ulangan? Kayaknya
pernah sih gue liat jawaban temen.
Bikin contekan? Too lazy for
that shit.
Tapi, alasan gue untuk
berhenti nyontek bukan karena gue HERO OF JUSTICE atau orang yang punya PRINSIP
KEADILAN alias ROLE MODEL TO INSPIRE YOU.
Yang sebenarnya adalah..
1.Suatu saat ada ulangan bio mendadak di SMP gue, dan waktu itu gue emang
siap siap aja sama materi itu. SECARA YA, MATERINYA UMUM BANGET DAN GAMPANG
DIINGAT.
Dengan penuh keyakinan kepada TUHAN, Gue nulis
di tangan kiri gue: JESUS LOVE BIOLOGY(Dammit, now you know it). Hasilnya? Gue dapet
100 donk atas berkat Tuhan.
Sayangnya... setan is not giving up cuy.
Pas gue
pulang, gue baca grup BB gue. Lagi pada ribut gitu kan dan seorang anak yang
bernama A(seriously i cannot forgive him til now) yang ngomong kira-kira
‘Tadi yang duduk di... enak banget nyonteknya. Nilainya paling tinggi lagi’
‘oh yang duduk di... ya’
gue
curiga mereka ngomongin gue, lantas kan gue tanya ke ‘appered-as-friend-but-a-bitch-taunya’
eh lo pada ngomongin siapa? Gue ya? Gue ga nyontek
kok.
Gatau lo tanya aja mereka.
Terus
gue tanya si A dengan cara yang sama. Jawaban A:
Ya pikirin aja siapa yang duduk di situ.
Dan mereka
semua nyindir sampai di twitter. Gila bayangin sakit hati banget gue kan?
Padahal emang gue ga nyontek di situ. Belakangan gue cerita soal ini ke temen
gue M, dan M jawab:
iya jess ada yang pernah ngomong mending X dibanding
Jessi. Pinter karena nyontek. . Kalau gue sih nyontel ngasih tau dan ga bakal
sebangga itu karena pinter dari nyontek
JLEB
BANGET GA SIH? SEAKAN SEMUA YANG GUE DAPET KARENA GUE PINTER NYONTEK! And that’s
the first stone
2.Everything got better in SHS. Prinsip gue tentang anti nyontek
terbangun di masa ini. Secara singkat kisahnya seperti ini.
Ppl are
ambitious about scores. Mereka sering banget nyontek untuk pelajaran yang
gampang dicontekin( PKN DAN MANDARIN CUY). Biasa, strategi toyo EHEM.
Then
there is this guy. Cowo freak yang dibenci sama anak kelas gue. Udah freak,
cabul, cara nyonteknya aneh-aneh lagi. Dan apa yang dilakukan teman sekelas gue
sebagai manusia:
THEY GOSSIPING ABOUT HIM.
Entah kenapa gue merasa
digusted sama teman-teman gue. Mudah banget buat menghina orang yang ga disukai
tanpa NGACA.
What do you guys call yourself? Oh, hypocrite!Semenjak itu, gue anti ama nyontek dan kerja sama. Gue berusaha sebaik mungkin ga terbutakan ama ambisi dapet nilai(YAELAH APA SIH NILAI?). you really don’t want to disdain yourself on that point huh?
Sekarang apa yang lo pikirin tentang sekolah?
Gue pernah baca di blog zenius atau entah di mana,
memang bisa jadi apa yang diajarin di sekolah ga bakal kepake pas lo udah
kerja.(by the way what a lame excuse it is)
Tapi cara berpikir lo lah sebagai seorang
berpendidikan dalam menghadapi masalah yang akan jadi berguna di kehidupan
dewasa yang keras. Kalo lo sekarang mikirnya jalan pintas-jalan pintas doank,
apa bedanya otak lo ama koruptor yang lo hujat? It is a simple logic.
Let’s turn the sail
Jadiin proses belajar di sekolah sebagai bagian dari pelatihan hidup
Anti stress(for happy life), Anti remed(for choice with no regret:p) dan anti nyontek(for the sake of your fucking pride)
Subscribe to:
Posts (Atom)